Oleh : Wangsit Supeno, SE, MM
Setiap perusahaan yang memiliki struktur organisasi dinamis, menginginkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalamnya dapat tumbuh dan berkembang, seiring denga kemajuan perusahaan. Namun demikian masih banyak perusahaan yang kurang memahami hal tersebut, SDM hanya dianggap mesin yang tahunya bekerja untuk mendapatkan hasil, kemudian dibuang bila tidak perform namun tidak memperhatikan kualitas SDM itu sendiri. Manajemen perusahaan yang baik memahami bahwa, SDM dalam melakukan aktivitas sehari-hari didasarkan pada Motivasi atau dorongan dalam hidupnya untuk melakukan pekerjaan dengan hasil terbaik. Teori Motivasi Hirarki Maslow menyebutkan bahwa motivasi seseorang dalam melakukan pekerjaan meliputi beberapa tahapan. Motivasi yang terendah adalah untuk mencari uang, dilanjutkan dengan mendapatkan kenyamanan, memiliki hubungan sosial yang baik, mendapatkan penghargaan, dan diberikan kesempatan untuk menunjukkan eksistensi dirinya.
SDM Menjadi Beban Perusahaan
Kebanyakan perusahaan di Indonesia adalah perusahaan padat karya, artinya banyak mempekerjakan manusia dalam melakukan aktivitas sehari hari. Dengan bergesernya waktu dan kemajuan teknologi, maka sumber daya manusia menjadi berkurang keberadaannya dari sisi kuantitas, di mana untuk pekerjaan berat dan penting dengan alasan kecepatan dan ketepatan, maka fungsi Manusia sebagai pelaksana di ganti dengan peralatan canggih. Contoh, dahulu disebuah perusahaan jasa keuangan untuk menempati posisi Akunting diperlukan 5 orang, satu untuk menjurnal, dua orang untuk memposting ke dalam kartu buku besar dan buku pembantu yang jumlahnya banyak, satu orang membuat neraca lajur dan satu orang menyusun laporan keuangan. Semua kertas kerja dan buku besar dibuat secara manual. Dalam era digital seperti sekarang, maka sumber daya manusia yang banyak dinilai menjadi beban (expenses) dan cenderung inefisiensi, karena pekerjaan yang melalui sebuah proses panjang, memakan waktu lama dan probabiliti terjadinya kesalahan cukup besar. Atas dasar ha itu maka SDM digantikan oleh satu perangkat yang disebut dengan komputer baik secara hard ware maupun soft ware, sehingga perusahaan bisa memangkas SDM Akunting menjadi tinggal 2 orang saja, bahkan untuk perusahaan skala kecil cukup 1 orang saja asalkan dia memiliki keterampilan menggunakan komputer, akuntansi keuangan dan sistem akuntansi, terlebih jika dia memiliki kemampuan khusus membuat aplikasi komputer maka perusahaan akan berjalan lebih efisien. Dengan semakin efisien maka perusahaan akan mampu bersaing dan menghasilkan profit yang optimal.
SDM Sebagai Asset
Semakin tumbuhnya perusahaan, kebutuhan tenaga kerja yang kompeten di bidangnya sedemikian penting. Dalam melakukan perekrutan perusahaan tidak bisa lagi asal bisa ada orang yang mengisi suatu lowongan. Perusahaan yang baik akan selalu menempatkan suatu posisi hanya kepada orang yang tepat dan memiliki keahlian di bidangnya. Jadi sekalipun perusahaan menggunakan perangkat komputer atau mesin yang canggih namun tidak ada Sumber Daya Manusia yang mumpuni, maka tidak ada jaminan hasil kerjanya cepat dan akurat. Apabila perusahaan salah dalam menempatkan maka hasil kerjanya tidak optimal dan akibatnya menimbulkan in efisiensi.
Salah satu cara yang dilakukan perusahaan besar dalam melakukan seleksi untuk mendapatkan SDM yang tepat, sebelum dilakukan wawancara adalah dengan memberikan test tertulis yang berisi pengetahuan tentang bidang usaha perusahaan, test kepribadian misalnya menggunakan DISC test dan wawancara yang dilakukan minimum oleh dua orang.
Penempatan SDM yang tepat akan membawa dampak positip bagi terciptanya kenyamanan bekerja, tentu saja hal ini harus menjadi perhatian manajemen perusahaan. Konflik tetap dibangun manajemen dalam artian konflik positif yang akan melahirkan ide-ide baru, bukan membiarkan terjadinya konflik pekerjaan terlebih konflik personal yang berdampak pada terganggunya tim kerja sehingga performance SDM dan perusahaan tidak baik dan pekerjaan menjadi terbengkalai.
Komunikasi manajemen secara inpersonal menjadi sedemikian penting untuk mencegah terjadinya kesalah pahaman yang berakibat terjadinya perbedaan persepsi yang dapat mengakibatkan pergesekan yang tidak sehat. Pimpinan tentunya harus bisa memahami bahwa setiap karyawan bersedia bekerja memang memperhatikan penghasilan namun karyawan memerlukan adanya satu keterbukaan komunikasi antara atasan dan bawahan tentang sistem kerja dan peraturan yang berlaku. Pimpinan perusahaan harus memiliki pemahaman tentang kepribadian bawahannya, dan cara memberikan penghargaan, sehingga kehadiran pimpinan dapat memberikan suasana yang kondusif dan selalu memberikan motivasi untuk bekerja dan menghasilkan yang terbaik, termasuk menerapkan tata etika dalam memimpin walau hanya berupa ucapan, "Maaf ya", "Tolong ya", "Terimakasih ya". Sentuhan tepukan kecil tiga kali dipundak karyawan yang berhasil melakukan sebuah tugas, adalah penyemangat bagi lahirnya inspirasi dan kemauan bertindak, yang pada akhirnya apa yang menjadi tujuan perusahaan melalui pimpinan yang memiliki "hati" dalam mempengaruhi bawahannya akan lebih mudah untuk dicapai dan bila terjadi kegagalan maka tim kerjanya tetap solid untuk setia dan tetap berkeinginan menjadi pemenang.
Dengan demikian perekrutan dan pembinaan SDM secara efektif akan membawa dampak pada peningkatan kualitas kerja yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya produktivitas dan hasil kerja. Dalam hal pembinaan, tentunya manajemen dapat melakukan pengamatan baik melalui penilaian maupun dengan mengajak karyawan berkomunikasi, di mana pada beberapa waktu tertentu disediakan waktu untuk meeting bersama dengan suasana yang enjoy, sehingga pimpinan dapat mengetahui lebih jauh permasalahan yang ada di struktur staf atau manajemen tingkat bawah.
Kualitas sumber daya manusia dapat dibangun melalui penyertaan karyawan dalam program pelatihan yang tidak hanya mengedepankan pada keahlian (hard skill) tetapi pembangunan mental (soft skill) agar memiliki sikap kerja yang baik (Attitude), komitmen kerja (Commitment), loyalitas dan mementingkan perusahaan (Integrity), semangat kerja yang tinggi (Passion), yang akan menumbuhkan kepercayaan diri dalam menjalankan tugas, hubungan yang baik antar teman dan atasan.
Program pelatihan yang bersifat soft skill menjadi sangat diperlukan baik dalam bentuk in house training mauoun regular training/seminar yang akan menambah wawasan SDM dalam mengelola pikirannya sehingga tetap memiliki integritas dan komitmen yang baik dalam memajukan perusahaan. Berdasarkan penelitian dari Mitsubishi Research pada tahun 2002 menyebutkan bahwa keberhasilan seseorang dalam meraih kesuksesan bekerja adalah 20% disebabkan karena memiliki ketrampilan kompetensi, 10% karena pemenuhan financial yaitu gaji yang memadai, 30% karena memiliki jaringan kerja (net working) dan 40% karena memiliki soft skill berupa ketahanan mental yang baik.
Keahlian teknis karyawan dapat diperoleh dengan menyertakannya dalam satu pelatihan yang sangat relevan dengan kebutuhan pekerjaan sehingga ilmu yang diperoleh akan dapat diimplementasikan di pekerjaan. Pelatihan ini harus diperoleh dari ahlinya yang memiliki pengalaman di bidang tersebut sehingga tidak hanya terkesan mengirim pelatihan tetapi tidak membawa dampak positip bagi lingkungannya.
Salah satu cara yang dilakukan perusahaan besar dalam melakukan seleksi untuk mendapatkan SDM yang tepat, sebelum dilakukan wawancara adalah dengan memberikan test tertulis yang berisi pengetahuan tentang bidang usaha perusahaan, test kepribadian misalnya menggunakan DISC test dan wawancara yang dilakukan minimum oleh dua orang.
Penempatan SDM yang tepat akan membawa dampak positip bagi terciptanya kenyamanan bekerja, tentu saja hal ini harus menjadi perhatian manajemen perusahaan. Konflik tetap dibangun manajemen dalam artian konflik positif yang akan melahirkan ide-ide baru, bukan membiarkan terjadinya konflik pekerjaan terlebih konflik personal yang berdampak pada terganggunya tim kerja sehingga performance SDM dan perusahaan tidak baik dan pekerjaan menjadi terbengkalai.
Komunikasi manajemen secara inpersonal menjadi sedemikian penting untuk mencegah terjadinya kesalah pahaman yang berakibat terjadinya perbedaan persepsi yang dapat mengakibatkan pergesekan yang tidak sehat. Pimpinan tentunya harus bisa memahami bahwa setiap karyawan bersedia bekerja memang memperhatikan penghasilan namun karyawan memerlukan adanya satu keterbukaan komunikasi antara atasan dan bawahan tentang sistem kerja dan peraturan yang berlaku. Pimpinan perusahaan harus memiliki pemahaman tentang kepribadian bawahannya, dan cara memberikan penghargaan, sehingga kehadiran pimpinan dapat memberikan suasana yang kondusif dan selalu memberikan motivasi untuk bekerja dan menghasilkan yang terbaik, termasuk menerapkan tata etika dalam memimpin walau hanya berupa ucapan, "Maaf ya", "Tolong ya", "Terimakasih ya". Sentuhan tepukan kecil tiga kali dipundak karyawan yang berhasil melakukan sebuah tugas, adalah penyemangat bagi lahirnya inspirasi dan kemauan bertindak, yang pada akhirnya apa yang menjadi tujuan perusahaan melalui pimpinan yang memiliki "hati" dalam mempengaruhi bawahannya akan lebih mudah untuk dicapai dan bila terjadi kegagalan maka tim kerjanya tetap solid untuk setia dan tetap berkeinginan menjadi pemenang.
Dengan demikian perekrutan dan pembinaan SDM secara efektif akan membawa dampak pada peningkatan kualitas kerja yang pada akhirnya akan berdampak pada meningkatnya produktivitas dan hasil kerja. Dalam hal pembinaan, tentunya manajemen dapat melakukan pengamatan baik melalui penilaian maupun dengan mengajak karyawan berkomunikasi, di mana pada beberapa waktu tertentu disediakan waktu untuk meeting bersama dengan suasana yang enjoy, sehingga pimpinan dapat mengetahui lebih jauh permasalahan yang ada di struktur staf atau manajemen tingkat bawah.
Kualitas sumber daya manusia dapat dibangun melalui penyertaan karyawan dalam program pelatihan yang tidak hanya mengedepankan pada keahlian (hard skill) tetapi pembangunan mental (soft skill) agar memiliki sikap kerja yang baik (Attitude), komitmen kerja (Commitment), loyalitas dan mementingkan perusahaan (Integrity), semangat kerja yang tinggi (Passion), yang akan menumbuhkan kepercayaan diri dalam menjalankan tugas, hubungan yang baik antar teman dan atasan.
Program pelatihan yang bersifat soft skill menjadi sangat diperlukan baik dalam bentuk in house training mauoun regular training/seminar yang akan menambah wawasan SDM dalam mengelola pikirannya sehingga tetap memiliki integritas dan komitmen yang baik dalam memajukan perusahaan. Berdasarkan penelitian dari Mitsubishi Research pada tahun 2002 menyebutkan bahwa keberhasilan seseorang dalam meraih kesuksesan bekerja adalah 20% disebabkan karena memiliki ketrampilan kompetensi, 10% karena pemenuhan financial yaitu gaji yang memadai, 30% karena memiliki jaringan kerja (net working) dan 40% karena memiliki soft skill berupa ketahanan mental yang baik.
Keahlian teknis karyawan dapat diperoleh dengan menyertakannya dalam satu pelatihan yang sangat relevan dengan kebutuhan pekerjaan sehingga ilmu yang diperoleh akan dapat diimplementasikan di pekerjaan. Pelatihan ini harus diperoleh dari ahlinya yang memiliki pengalaman di bidang tersebut sehingga tidak hanya terkesan mengirim pelatihan tetapi tidak membawa dampak positip bagi lingkungannya.
Permasalahan yang dihadapi perusahaan adalah, manakala satf yang memiliki keterbatasan kemudian tumbuh berkembang seiring dengan adanya coaching pimpinan, dan perusahaan menyertakan staff dalam pelatihan, pada akhirnya perusahaan harus rela melepaskan karyawan terbaiknya berpindah kerja ke tempat baru yang lebih menjanjikan. Kondisi ini harus selalu diwaspadai oleh perusahaan di mana untuk mengatasinya, perusahaan harus memiliki kepekaan perhatian kepada karyawan tertentu yang kerjanya baik atau secara rata-rata masih dalam grade baik. Kemudian pimpinan harus bisa mencari tahu apakah ada masalah dalam ekonomi, keluarga atau pekerjaan bahkan hubungan dengan teman satu tim. Dengan mengetahui masalah tersebut maka pimpinan dapat melakukan upaya terbaik agar karyawan tidak resain. Ingat, bahwa mengganti karyawan baru itu perlu waktu mengelolanya minimal enam bulan, dalam pengelolaan itu ada beban baik bagi pimpinan atau manajemen untuk membangun dengan cost dan waktu yang cukup besar. Jadi jangan sampai manajemen terlambat mengambil tindakan, di mana karyawan sudah melayangkan surat pengunduran diri, manajemen baru mulai memperhatikan kesejahteraan atau apapun yang diharapkan dapat menahan karyawan tersebut berhenti.
Dengan demikian manajemen perusahaan harus terus menciptakan SDM baru yang berkualitas dalam rangka pengkaderan, di samping meningkatkan produktivitas kerja. SDM yang berkualitas adalah SDM yang memiliki ketahanan mental dalam bekerja dan mengaplikasikan setiap masukan positip baik dari hasil pelatihan maupun coaching dari manajemen dalam aktivitas sehari-hari. Dalam konteks ini pimpinan harus memiliki kepekaan melalui komunikasi pribadi dan penilaian kinerja, sehingga sebelum karyawan terbaik melayangkan surat pengunduran diri, pimpinan dapat menjaganya dengan memberikan benefit terbaik bagi pengembangan karir karyawannya yang merupakan asset penting perusahaan.
Dengan demikian manajemen perusahaan harus terus menciptakan SDM baru yang berkualitas dalam rangka pengkaderan, di samping meningkatkan produktivitas kerja. SDM yang berkualitas adalah SDM yang memiliki ketahanan mental dalam bekerja dan mengaplikasikan setiap masukan positip baik dari hasil pelatihan maupun coaching dari manajemen dalam aktivitas sehari-hari. Dalam konteks ini pimpinan harus memiliki kepekaan melalui komunikasi pribadi dan penilaian kinerja, sehingga sebelum karyawan terbaik melayangkan surat pengunduran diri, pimpinan dapat menjaganya dengan memberikan benefit terbaik bagi pengembangan karir karyawannya yang merupakan asset penting perusahaan.