RAHASIA HIDUP SEHAT
Oleh : Wangsit Supeno
Gelombang permasalahan hidup ini jika dituruti terus arusnya dengan perasaan kita tidak pernah ada habisnya. Orang bijak mengatakan, sukses dalam pekerjaan dan karir itu berawal dari rumah tangga yang rukun dan damai. Masalah yang terjadi di rumah, antara pasangan suami/isteri atau dengan calon pasangan hidup, pastinya akan mempengaruhi pikiran. Menurut penelitian para ahli, 40% waktu kerja kita akan tersita untuk memikirkan masalah dengan pasangan hidup kita itu. Sedangkan jika kita memiliki masalah dengan anak, maka 60% waktu kerja kita akan tersita memikirkan masalah anak tersebut. Nah, bisa dibayangkan jika anda sebagai karyawan atau manajer selain punya masalah di kantor, juga punya masalah dengan pasangan hidup dan anak anda, nah kalau sudah begitu sebaiknya anda mengambil cuti saja deh dari pada suasana kantor menjadi tidak nyaman.
Hidup ini Pilihan dan Penyakit itu sebenarnya Sinyal Peringatan Tuhan
Hidup ini sebenarnya hanya berisi dua pilihan, yaitu menikmati penderitaan dengan patah semangat, putus asa, lari dari kenyataan hidup, atau memilih untuk berani mengambil keputusan tetap fight menghadapi fakta hidup, dan meyakini kita bisa menikmati indahnya udara pagi dan harumnya aroma bunga mawar di halaman rumah, sukur-sukur menerima bunga deposito sepanjang hari. Sebagai bankir yang profesional dan pemimpin yang bertanggung jawab, tentu pilihan menjadi orang yang tahan banting dan bersabar adalah tindakan yang tepat, tinggal selanjutnya berlatih mengurai masalah satu persatu dengan menggunakan metode yang tepat, bermanfaat dan dapat diterima akal sehat.
Penyakit yang timbul pada diri kita pada dasarnya adalah pilihan hidup kita sendiri yang tidak pernah disadari, namun selalu dilakukan dengan penuh semangat. Misal, sudah tahu kita ada faktor keturunan diabetes tetapi kita mengelola sikap diri kita secara tidak baik, kita bersikap suka mengatur orang dengan kehendak yang kuat alias berlebihan, padahal tugas menjalankan fungsi manajer sudah dilaksanakan di kantor , tetapi di rumah kita sering marah hanya karena isteri atau suami atau anak tidak mengikuti perintahnya. Pertanyaannya, penyakit itu sumbernya dari eksternal atau internal diri kita ? Dokter hanya bisa mengobati berdasarkan keluhan yang dirasakan dan disampaikan pasiennya, tetapi banyak dokter tidak bisa mendeteksi sumber penyakit yang sesungguhnya dengan alat stetoskop yang selalu menggelantung di lehernya, karena stetoskop-nya tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mendiagnosa perilaku hidup kita yang diluar kontrol dokter.
Dalam hal ini sebenarnya Tuhan mengirimkan sinyal kepada kita melalui penyakit yang muncul dan kita rasakan, baik secara tiba-tiba maupun sudah menahun. Sebuah peringatan yang dikirm secara halus layaknya e-mail tanpa melewati kantor pos dulu, dengan tujuan kita memahami maksudnya dan segera mengkoreksi perilaku hidup kita yang keliru. Sayangnya masih saja ada yang membohongi fakta penyebab datangnya penyakit dengan mengatakan, “Saya ini seorang pimpinan di kantor dan di rumah, jadi sikap keras saya adalah wujud ketegasan dan tanggung jawab saya supaya organisasi berjalan dengan benar !”. Kalau sikap begini terus dipelihara, sama saja dengan BPR yang NPL-nya 40%, Cash Ratio-nya di bawah 4%, lambat laun akan menggerogoti CAR-nya hingga harus masuk ruang ICU Bank Indonesia. Hubungannya apa ya ?
Jika Tidak Perlu Marah Mengapa Kita Harus Marah ?
Siapapun tidak suka dengan kata Marah apalagi dimarahai ! nyelekit, dan nyakitin. Mudah saya menulis kalimat tanya tersebut di atas, tetapi implementasinya susah dan sering kecolongan, karena marah itu kalau sudah terpola, diminta atau tidak, sadar atau tidak sadar akan nongol dengan sendirinya. Terkadang muncul perasaan menyesal setelah melontarkan kata yang kurang baik kepada orang lain atau anggota keluarga, namun sayangnya ketika melakukan lontaran kata yang tidak sedap itu, saya merasa bahwa ekspresi marah yang saya lakukan itu sesuatu yang lumrah dilakukan dengan dalih “tegas dan berwibawa”. Padahal, apapun bentuk tindakan marah itu tidaklah baik, kalau kita bisa melontarkan kata dengan lembut, kemudian dia bisa melaksanakan intruksi kita walaupun secara bertahap dan belum sempurna, mengapa harus marah ? Negosiasi dengan perasaan dan akal sehat adalah cara sederhana untuk meredam rasa amarah.
Sampai hari ini saya terus belajar untuk menyalurkan amarah saya dalam bentuk tindakan yang lebih mengarahkan pada pembuktian terhadap kejadian yang menyebabkan saya tidak bisa menerima keadaan tersebut. Misal, kalau saya menilai cara kerja Account Officer (AO) dalam melakukan analisa kredit tidak sesuai dengan yang saya harapkan dan mengandung keraguan, maka daripada saya memarahi A.O lebih baik saya melakukan survey ulang dan memberikan pandangan tentang kondisi calon debitur kepada A.O berdasarkan hasil survey. Saya tinggal mengingatkan perlunya kehati-hatian dalam melakukan analisis dan risikonya jika keputusan pemberian kredit dilakukan. Semuanya menjadi damai, tidak ada marah yang ada adalah pemahaman bersama yang membawa efek positif di kemudian hari. Ketegasan harus diiringi dengan pemberian pandangan dan pemahaman yang jelas kepada orang yang kita harapkan bisa mengikuti intruksi kita, jangan ada pemaksaan kehendak karena yang lahir kemudian adalah ketersinggungan, kekecewaan dan doa yang kurang baik dilontarkan pada diri kita.
Rahasia Penyembuhan Penyakit
Saya menulis artikel ini bukanlah bermaksud mengabaikan keahlian dokter, saya bukanlah seorang tabib atau ahli pengobatan atau sinse, saya sama dengan anda semua sedang belajar mengamati antara sikap seseorang dalam kehidupan sehari-harinya dengan penyakit yang sedang dideritanya. Saya termasuk orang meyakini bahwa penyakit yang dederita seseorang sebagai sinyal peringatan Tuhan atas perilaku kita yang tidak disukai-Nya, di antaranya karena sikap kita yang keras kepala, susah diatur, susah menerima kritik, suka memarahi isteri atau suami atau anak-anak atau karyawan yang terus berkelanjutan, selalu mencari kelemahan orang lain, tidak mau mendengar keluhan suami/isteri/anak/bawahan, memendam keinginan yang kuat tetapi tidak tahu solusinya, memaksakan kehendak agar orang mau melakukan perintah, cara pandang yang keliru dalam menyikapi suatu keadaan, meyakini agama yang dianut tetapi tindakannya tidak tertuju pada sang kholik tetapi pada sesuatu yang dianggapnya benar dan bisa mewujudkan keinginannya, mengandalkan kebahagian dan kekuatan pada mahluk sesama jenis. Saya meyakini bahwa sikap positip yang kita tunjukkan kepada orang lain merupakan sinyal bagi sikap orang lain terhadap diri kita, begitu juga keyakinan yang kuat akan kehadiran Tuhan di setiap kita berada akan membawa energi positip terhadap segala kebaikan yang mendekatkan hati kita pada Tuhan dengan segala keterbatasan dan kepasrahan kita. Sebaliknya sikap negatip yang dikeluarkan atau dipikirkan dalam diri kita akan memancarkan energi negatif yang akan membalikkan pada diri kita sendiri. Manusia hanya dapat melakukan ikhtiar, persetujuan penyembuhan adalah hak prerogratip Tuhan. Karenanya melibatkan campur tangan Tuhan adalah cara yang tepat untuk mengembalikan keadaan yang kurang baik saat ini menjadi lebih baik di hari esok.
Progres penyembuhan penyakit itu didasarkan pada tahapan-tahapan sebagai berikut :
- Menanyakan pada ahlinya, yaitu dokter atau ahli pengobatan coba dicek adakah indikasi penyakit awal yang secara eksternal terdeteksi oleh alat-alat kedokteran.
- Kejujuran kita dalam menyikapi sumber penyakit yang ada dalam diri kita berdasarkan temuan ahli. Ikuti saja sarannya sepanjang dapat diterima dan ada bukti ilmiah.
- Menanyakan pada diri sendiri apakah ada sikap kita yang keliru. Selanjutnya carilah cermin hidup dengan menanyakan dan berdiskusi pada keluarga, apakah ada sikap kita yang menyakitinya, tanyakan anak buah adakah sikap kita yang kasar, tanyakan pada orang dekat untuk meminta masukan atas perilaku kita keseharian.
- Sadari bahwa jika rasa sakit ada di sebelah kiri bagian tubuh kita, itu adalah sinyal yang mengartikan adanya suatu tindakan, pikiran, pandangan buruk yang muncul dari rasa sakit hati, putus asa, kecewa, dendam, niat kurang baik
- Sadari bahwa jika rasa sakit ada di sebelah kanan bagian tubuh kita, itu adalah sinyal yang mengartikan adanya suatu sikap yang kuat, pikiran yang kuat, pandangan yang kuat, dan keinginan yang kuat tetapi tidak terkomunikasikan dan tredsiribusi secara baik meskipun niatnya adalah untuk kebaikan dan positip.
- Mengakui kesalahan atas perilaku kita yang buruk dimasa lalu dan sekarang adalah cara bijak untuk memajukan progres penyembuhan.
- Meminta maaf kepada orang-orang yang pernah tersakiti akan memajukan progres penyembuhan.
- Memohon ampun kepada Tuhan secara fokus dan jujur dari dalam diri kita, tindakkan ini menunjukkan integritas kita kepada Tuhan semakin baik. Hal ini akan semakin menambah kemajuan progres penyembuhan.
- Konsekwen terhadap janji untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku dari yang buruk menjadi semakin baik dari hari ke hari akan menambah kemajuan progres penyembuhan.
- Mengadukan segala permasalahan kepada Tuhan dan meminta jalan keluar baik dengan doa maupun ibadah lainnya secara fokus dan tulus akan menambah kemajuan progres penyembuhan.
- Progres 100% akan dicapai jika kita benar-benar ikhlas dan menyerahkan sepenuhnya hidup dan mati kita kepada Tuhan sang pengambil keputusan. Misal, jika anda sembuh dari penyakit pusing dengan meminum obat sakit kepala, itu baru bagian dari ikhtiar secara eksternal. Jika internal belum disembuhkan maka penyakit itu akan muncul setiap saat. Berbeda jika pusing kita sembuh secara internal dengan mencapai progres 100%, maka kiat akan lebih tahan dan memiliki kekebalan atau anti virus dari penyakit pusing, dan tanpa minum obat kita akan sehat walafiat.
Tips Rahasia Hidup Sehat
Saya mencoba memberikan tip hidup sehat yang semoga dapat menghindarkan diri kita dari penyakit yang sangat tidak kita harapkan kehadirannya yaitu :
- Memaafkan kesalahan diri kita baik yang sekarang maupun yang lalu.
- Maafkan orang yang telah menyakiti kita dan selalu jadi pikiran.
- Ingat Keyakinan kita tentang Kekuasaan Tuhan jangan berharap banyak dengan manusia.
- Mencari Solusi penyelesaian masalah secepatnya dengan orang yang tepat.
- Ajak diskusi tim kerja di kantor atau keluarga di rumah untuk memecahkan masalah atau membicarakan sebuah keinginan untuk tindakan.
- Jadilah pendengar yang baik dan jangan menyepelekan pendapat suami, isteri, anak, dan orang tua.
- Selalu berpikir positip dan berjiwa besar apapun hasilnya dan kondisi yang sedang dihadapi.
- Janji dalam hati dan wujudkan dalam tindakan, “Hari ini Saya Harus Sabar Kalau Mau Marah Besok Saja”
- Rusak pola pikiran negatif dengan tidak menyebutkan bahwa diri anda lemah atau 100% salah dengan maksud bukan suatu pembelaan diri tetapi keseimbangan apa yang telah kita berbuat secara optimal dan terbaik.
- Rubahlah cara hidup kita yang kurang baik sekarang juga jangan tunda besok, meskipun secara bertahap, karena kita tidak pernah tahu besok kita berada di mana.
- Saksikan acara Opera Van Java dan Bukan Empat Mata dan tertawalah.
- Menerima secara positif semua masukan yang bermanfaat dari orang lain, jangan lihat siapa yang berbicara tetapi dengarkan apa katanya.
- Bertanyalah pada ahlinya, bisa ke dokter, ustads, pendeta, suhu, montir, konsultan dan sebagainya agar masalah yang terjadi diluar keahlian kita bisa tuntas terselesaikan.
- Beri kesempatan orang lain berbicara, jangan memotong pembicaraan.
- Ijinkan bawahan atau keluarga melakukan kesalahan dan berikan pandangan, pengarahan dengan baik agar mereka memahami dampak negatipnya atas kesalahan yang terulang, dan positipnya melakukan kesalahan yang berbeda.
- Jangan memaksakan kehendak kita kepada orang lain, baik isteri, suami, anak, orang tua, atasan, bawahan sekalipun benar, beri kesempatan secara bertahap.
- “Ya, saya mengerti” adalah jawaban sederhana dalam menyikapi lawan bicara kita yang sedang menekan atau memarahi kita.
- Nikmatilah sensasinya kebahagiaan berkumpul dengan keluarga karena hidup ini hanya sementara.
- Tingkatkan integritas kita kepada Tuhan dengan beribadah dan berdoa secara fokus meminta kesembuhan kepada Tuhan, dan meyakini doa kita terkabul.
- Ringankan beban orang lain yang sedang kesulitan dan membutuhkan fleksibelitas kita dalam mengambil keputusan.
- Bersikaplah lebih santai dan humoris agar orang disekitar kita menyukai kehadiran kita sebagai sebuah kewajiban untuk dirindukan kehadirannya, bukan disukai kepergiannya.
- Senyum dan tertawalah jika ada kesempatan yang memungkinkan kita harus melakukannya, karena kalau dilakukan sendirian nanti malah bermasalah.
Semoga tulisan ini bermanfaat untuk saya khususnya dan siapapun yang membaca artikel ini dan mencoba mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari agar hidup kita lebih sehat. Kesembuhan adalah miliki Tuhan, namun yang perlu diingat keyakinan dan ketekenunan dalam menjalankan perintah-Nya mutlak menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan sebagai bukti kepada Tuhan bahwa kita punya integritas yang baik dan memiliki kesungguhan untuk memperbaiki sikap kita yang keliru selama ini. Amin.