EDUKASI SUMBER DAYA Training & Consultant SDM SHARE POSITIVE ARTICLE
PENTINGNYA TRAINING NEEDS
ANALYSIS (TNA) DALAM PENYUSUNAN RENCANA KERJA DIREKSI BPR
Oleh : Wangsit
Supeno, SE, MM
Bank Perkreditan Rakyat yang semakin tumbuh pesat
di tanah air dalam operasionalnya tidak terlepas dari masalah keseharian
khususnya dalam meningkatkan penghimpunan dan pelepasan dana, menjaga kualitas
pemberian kredit agar selalu sehat dan SDM yang selalu memiliki motivasi untuk
meningkatkan kinerjanya di BPR.
Pimpinan BPR memiliki tanggung jawab terhadap
keberhasilan operasional perusahaan dari segala lini. Keberhasilan akan
diperoleh jika perusahaan memiliki 3 sistem penting berikut ini yang dapat berjalan dengan baik yaitu :
1. Sistem
perekrutan dan pengembangan SDM
Sebuah perusahaan yang hebat harus didukung oleh
SDM yang juga hebat. Dalam hal ini BPR sebagai sebuah perusahaan jasa keuangan
yang dituntut melayani publik dengan prima, tentunya SDM menjadi bagian sangat
fundamental yang akan menentukan keberhasilan operasional BPR.
BPR yang tidak memiliki sistem perekrutan dan pengembangan SDM yang baik akan terancam dengan tingginya biaya tenaga kerja yang tidak produktif dan pastinya akan in efisiensi yang bisa membabat profit BPR dalam waktu sekejap.
2. Sistem Kontrol yang Akurat
Fakta sudah membuktikan, frauds atau penyimpangan dapat membuat BPR mengalami masalah dalam
operasionalnya. SDM lagi-lagi memiliki peran penting terjadinya penyimpangan
di BPR. Integritas begitu penting dalam bekerja di BPR yang ketat dengan
peraturan tetapi selalu saja ada celah dilanggar.
Sistem kontrol yang akurat dan dipatuhi secara konsisten baik oleh atasan maupun bawahan akan menjadikan BPR tumbuh pesat secara aman, sehat dan memberikan jaminan kepada para deposan dan kreditur untuk terus berinvestasi dan meminjamkan dananya disana karena semua SDM yang terlibat di dalam BPR adalah SDM yang penuh tanggung jawab, integritas tinggi, loyal dan memiliki rasa sence of belonging (rasa memiliki) sehingga memunculkan rasa bangga bekerja di BPR.
3. Sistem Marketing yang Handal
Tujuan operasional BPR sekurang-kurangnya ada lima
yaitu, membangun perekonomian lokal, meningkatkan laba dengan ROA yang terus
meningkat, memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat dan nasabah,
memberikan kesejahteraan kepada SDM yang memajukan organisasi, dan memberikan
ROE yang tinggi kepada owner.
Sistem Marketing yang baik dengan memperhatikan 4 P (Product, Price,
Promotion dan Place) + 1 P (Personal yang Kompeten)
menjadi sangat penting dalam menumbuhkan BPR yang sehat dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam pelaksanaan dilapangan strategi marketing sehebat
apapun tidak akan berjalan baik tanpa dukungan SDM yang handal.
Mengapa Pimpinan BPR Harus MelakukanTraining Needs Analysis (TNA) dalam Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Direksi ?
Beberapa alasan yang mendasari perlunya pimpinan BPR melakukan TNA yaitu
:
1. Untuk memastikan apakah sebuah permasalahan yang terkait dengan kinerja
karyawan atau kinerja BPR dapat diatasi dengan diadakannya training seiring
dengan upaya pencapaian target kerja
Direksi satu tahun ke depan.
2. Jika training menjadi solusi atas sebuah permasalahan kinerja karyawan
maka harus diberikan sesuai dengan kebutuhan. Dengan adanya TNA maka tidak akan
terjadi kesalahan dalam menetapkan tujuan, materi dan metode training, maupun
dalam menentukan peserta training.
3. Setiap training yang dilaksanakan oleh suatu BPR atau yang diikuti oleh
SDM BPR terkait dengan tugasnya seharusnya akan mendukung strategi perusahaan
dalam mencapai tujuannya.
4. Dengan TNA yang tepat dan sesuai kebutuhan maka anggaran pelatihan yng
dimiliki BPR akan bermanfaat dan tidak terkesan dihabur-hamburkan.
Ruang Lingkup
Training Needs Analysis (TNA)
Training Needs Analysis yang disusun oleh pimpinan
BPR dalam satu tahun terdiri atas tiga elemen, yaitu :
1. Analisis
pada level organisasi
Hal yang diungkapkan pada level organisasi yaitu :
a. Jika pimpinan BPR menempatkan karyawan sebagai bagian dari strategi
untuk mencapai tujuan penyaluran dana secara berkualitas dan menguntungkan,
maka pengadaan training di bidang perkreditan yang meliputi pemasaran,
manajemen kredit, manajemen collection dan manajemen customer paska pemberian
kredit adalah salah satu cara terbaik yang dapat dilaksanakan BPR untuk
meningkatkan keterampilan teknis petugas kredit dalam meningkatkan penjualan
produk dan memproses kredit serta melakukan penagihan secara benar yang akan
memberikan efek positif bagi pencapaian realisasi target rencana kerja Direksi.
b. Adanya support dari manajemen kepada karyawan yang akan disertakan dalam
training dan menerapkan hasil pelatihan dalam pekerjaan sehari-hari.
c. Kesiapan BPR untuk menyelenggarakan suatu training, termasuk kesiapan
penyediaan anggaran, peserta, provider training yang pelaksanaannya tanpa
mengganggu kinerja perusahaan.
2. Analisis
pada level tugas
Analisis pada level tugas yang disusun oleh
pimpinan BPR bertujuan :
a. Mengidentfikasi divisi mana sajakah yang dinilai belum sejalan dengan
strategi organisasi dalam mencapai target kerja pada tahun sebelumnya dan pada
tahun ini harus dikembangkan melalu training yang sesuai kebutuhan devisi
tersebut.
b. Menentukan elemen dari tugas-tugas tertentu yang diperkirakan perlu
diberikan training. Elemen tersebut seperti knowledge dan skill tentang teknis
marketing produk BPR, proses pemberian kredit BPR, pelayanan nasabah BPR, dan
Motivasi yang dapat meningkatkan soft skill yang berdampak pada terbangunnya
inner motivation untuk bekerja habis-habisan, memiliki attitude atau sikap yang
baik, memiliki
integritas dan komitmen agar kinerjanya memuaskan dan memberikan kontribusi positif terhadap BPR.
Kinerja karyawan ditentukan oleh 3 faktor yaitu :
a. Ability,
Berhubungan dengan potensi karyawan, kemampuan dan keterampilan yang
dimiliki seorang karyawan dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik.
b. Motivation,
Berhubungan dengan kemauan yang dimiliki seorang karyawan sehingga
mendorong dirinya untuk dapat menyelesaikan tugas yang diembannya dengan
sebaik-baiknya sesuai yang diharapkan perusahaan.
c. Opportunity,
Adanya kesempatan yang diberikan kepada karyawan untuk menyelesaikan
tugasnya sesuai job description yang jelas, sarana yang tersedia untuk
kelancaran kerja dan lingkungan kerja yang nyaman.
3. Analisis
pada level individu karyawan
Analisis pada level individu karyawan dilakukan
untuk menentukan siapa saja karyawan yang membutuhkan training, hal terkait
kedudukannya pada level organisasi dan level tugas. Untuk memperkuat analisis
bisa dilakukan dengan cara membuat kuesioner, di mana dalam kuesioner tersebut
diungkapkan apa saja sebab sebab yang menjadikan hambatan sehingga kinerja
tidak maksimal.
Mengapa Training
sangat diperlukan BPR ?
Fokus dari training adalah adanya kebutuhan untuk pengembangan
sikap, mental, perilaku, pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan tugas
dan wewenang karyawan yang diberikan perusahaan sehingga akan membantu dalam
melancarkan a`ktivitas sehari-hari dan memberikan hasil yang memuaskan.
Pemilihan
model training lebih dilihat pada rendahnya biaya pelatihan bukannya pada
kualitas training itu sendiri. Akibatnya, dana pelatihan keluar sedikit tetapi
hasilnya tidak memberikan dampak apapun terhadap perusahaan, lalu disimpulkan
bahwa training hanya mengamburkan waktu dan uang.
Nara sumber pemberi training menjadi sangat penting jika kebutuhan akan
pengembangan karyawan sesuai dengan strategi perusahaan dalam rangka mendukung
pencapaian rencana kerja Direksi. Nara sumber haruslah orang yang profesional
dibidangnya dan memiliki pengalaman langsung dibidang usaha BPR, termasuk
dibidang training sehingga transfer ilmu akan lebih mudah dan sangat aplikatif
di BPR.
Kompetensi
yang dibutuhkan perusahaan termasuk BPR tidaklah hanya yang berifat Hard
Competencies yang berhubungan dengan keterampilan teknis pekerjaan, akan tetapi
juga yang bersifat Soft Competencies (Kompetensi yang berkaitan dengan prilaku
dan motivasi kerja karyawan) ini perlu mendapatkan perhatian. Hasil penelitian
membuktikan hampir 80% kesuksesan seseorang didasarkan pada Internal Motivation
atau Soft Competencies yang berhasil dibangun dalam dirinya sendiri, dan hanya
20% saja kompensi teknis yang dikuasai. Sehebat apapun keterampilan Account
Officer dalam marketing dan pelayanan, jika tidak ada motivasi yang kuat dalam
dirinya untuk melampaui target kerja, maka keahlian itu tidak akan pernah
bernilai apa-apa.
Dengan demikian, pelatihan merupakan suatu tuntutan
kebutuhan yang tidak bisa ditunda tetapi harus disusun secara teratur dan
direncanakan secara matang melalui Training Needs Analysis (TNA) yang tepat. Hal inilah yang menjadikan pelatihan atau training diyakini
sebagai kebutuhan penting untuk mampu mengatasi persoalan dalam kelancaran aktivitas
pekerjaan sehari-hari sebagai strategi dalam rangka mencapai rencana kerja yang telah ditetapkan oleh Direksi. (Wangsit Supeno-161212).