HIDUP BAHAGIA DAN BERKELIMPAHAN DENGAN MEMAAFKAN
Wangsit Supeno,
Januari 2017
Setiap orang pasti pernah menghadapi sebuah keadaan
yang membuat dirinya kecewa, kesal dan sakit hati. Tetapi bagaimana menyikapi atau
merespon sebuah keadaan yang tidak nyaman itu setiap orang berbeda-beda. Ada yang
mudah emosi dengan membalas orang yang menyakitnya saat itu juga, atau juga
disimpan dalam bentuk dendam dan berjanji akan membalasnya dikemudian hari,
tetapi ada juga yang sabar walau kecewa, dan mencoba menerima keadaan sebagai
pelajaran hidup dan berusaha melupakannya, lebih menggunakan pikirannya untuk
keperluan yang lebih besar dan bermanfaat.
Orang yang bisa menerima sebuah keadaan yang
mengecewakan dan membuka pikiran untuk memahami orang lain yang menyakitinya
itu lebih bijak, mungkin orang yang menyakitinya itu sedang ada masalah, atau
ia sedang tidak menyadarinya, atau ia belum memahami ilmu bersikap yang lebih
baik, orang itu tentu lebih mudah untuk memaafkan orang yang menyakitinya itu,
sekalipun orang tersebut tidak ada sedikitpun kemauan untuk meminta maaf, bahkan
dirinya merasa paling benar dan pantas orang lain menerima sikapnya yang kurang
baik.
Tahukah Anda bahwa memendam perasaan kecewa, sakit hati yang
terlalu dalam menyebabkan hati kita kaku untuk bisa menerima kekurangan orang
lain, dan dalam kondisi seperti ini menjadi sangat sulit membuka pintu maaf. Setiap
kali Anda mendengar nama orang yang bermasalah itu, bayangan Anda pasti kembali
pada keadaan yang sangat menyakitkan hati Anda. Dan emosi Anda kembali
terbangun. Betapa perasaan Anda tersiksa dan sangat tergantung pada orang
diluar diri Anda. Haruskah kebahagiaan diri Anda terkoyak hanya karena mengingat
nama atau figur orang yang menyakiti diri Anda ?
Saya pernah bertemu dengan seseorang yang telah
merasakan sebuah kondisi yang menyakitkan hatinya di masa lalu, ketika orang
yang menyakitinya datang menemuinya dan meminta maaf, ia tidak mau memaafkan.
Tentu saja ini menjadikan hubungan keduanya tidak harmonis dan mudah tersulut
emosi.
Apa yang saya sampaikan di atas, perasaan kesal,
sakit hati dan kecewa yang menimbulkan luka batin sehingga sulit memaafkan,
dipicu dengan adanya konflik antara dua individu atau lebih. Adanya perasaan tidak dihargai, tidak diperhatikan, direndahkan
dalam diri seseorang yang disebabkan karena perilaku orang lain, sehingga ia
sulit memaafkan orang lain tersebut, bahkan mungkin ketika orang yang
menyakitinya itu datang menemuinya menyatakan merasa bersalah dan meminta maaf.
Berbeda kasusnya dengan yang akan saya sampaikan ini. Ketika saya melakukan sebuah analisa tulisan tangan (hand writing analysis) kepada seseorang sebut saja bapak Irfan. Hasil analisisnya ia menyimpan sebuah adalah di masa lalu yang masih menghambat dirinya sampai sekarang. Bapak Irfan kemudian bertutur kepada saya bahwa sampai saat ini ia merasa bersalah dan sulit memaafkan diri saya sendiri. Saya sangat menyesal atas perilaku saya semasa kuliah dulu yang telah membuat malu keluarga. Saya terkadang kesal dengan diri saya sendiri. Nah, perasaan sulit memaafkan ini berbeda dengan apa yang telah saya sampaikan sebelumnya. Perasaan bersalah dan sulit memaafkan diri saya sendiri yang menimbulkan luka batin ini masih terbawa sampai sekarang. Perasaan ini muncul karena adanya satu masalah yang bersumber dari dirinya yang telah mengecewakan keluarganya sewaktu ia masih kuliah. Pada saat itu saya membantu menangani luka batinnya dengan menggali permasalahan di masa lalu bapak Irfan, dan membantu memberikan terapi Instant Change Technique (ICT) yang saya pelajari dari guru saya bapak Ariesandi Setyono seorang pakar mind technology di Indonesia.
Mitos tentang Memaafkan
Memendam kekesalan dan kebencian adalah sebuah pekerjaan yang sangat berat, sebab Anda harus mengorbankan kebahagiaan hidup Anda. Bisa dibayangkan wajahnya bisa lebih tua dari pada usianya karena pikirannya yang negatif memberikan efek kepada sel-sel tubuhnya yang menjadikan langkahnya tidak semangat dan emosinya mudah terbakar. Jika wajahnya tidak nyaman dipandang tentu ini bisa berdampak pada menurunnya kualitas pelayanan dirinya kepada orang lain, baik atasannya, rekan sejawatnya, nasabahnya atau keluarganya. Kondisi ini tentu akan memberikan efek pada terhambatnya rejeki, salah satunya uangnya berkurang untuk membeli obat. Inginkah Anda hidup bahagia dan berkelimpahan ? jika ingin, maka caranya sederhana yaitu Memaafkan.
Di suatu tempat saya bertemu dengan seorang yang mengalam stroke, salah satu akibatnya ia sulit bicara. Saya
mendekatinya dan mencoba mencari tahu apa latar belakang penyebabnya. Dari
pembicaraan dengan ia, saya ketahui bahwa sebelum mengalami stroke, sudah lama ia sering emosi dan memendam kekesalan dengan kakak iparnya.
Benarlah kata pakar pikiran bahwa sumber penyakit dalam diri seseorang adalah bersumber
dari pikirannya.
Dalam realita kehidupan, banyak orang salah paham
mengenai tindakan memaafkan sehingga menimbulkan sebuah mitos.cIngin
tahukah Anda apa saja Mitos Memaafkan yang menimbulkan kesalah pahaman banyak orang
sehingga semakin menambah sulit untuk memaafkan ? Tidak hanya itu memaafkan juga memiliki kaitan
dengan rezeki lho. Baca Lebih Lanjut